.

time is waktu



absen dl ah

About Me

biar kecil tetaplah bersinar dengan indah

Kamis, 27 Mei 2010

Tulisanku di Suara Merdeka


Pendidikan

31 Agustus 2009
Suara Guru

Kewiraswastaan bagi Semua Siswa

  • Oleh Rif’an Zaenal Ehwan
DALAM pembelajaran di kelas, saya mencoba meraba minat siswa terhadap dunia kewiraswastaan. Saya memberikan umpan dengan menanyakan cita-cita mereka kelak. Dugaan saya benar. Kebanyakan siswa menjawab ingin menjadi dokter, polisi, atau perawat. Tak seorang pun siswa berkeinginan jadi wiraswasta.

Lebih jauh saya menggali alasan mereka. Ada yang menjawab tak punya modal atau takut gagal. Sebagian siswa lain menjawab tak punya bayangan mau usaha apa.


Saya katakan, jawaban mereka tak beralasan. Bukankah modal tidak harus berasal dari kantong sendiri? Bisa meminjam modal dari kerabat, koperasi, atau ke bank. Bahkan hanya dengan ”modal dengkul” pun bisa. Caranya, misalnya, dengan memasarkan produk tetangga.

Perihal ketakutan akan kegagalan, saya jelaskan semua itu hanya urusan pola pikir. Sejatinya bukan kegagalan yang harus kita bimbangkan, melainkan bagaimana caranya supaya usaha kita tak gagal.
Rupanya bayangan siswa tentang dunia usaha masih berkutat pada ranah spekulatif layaknya berjudi.

Padahal, dunia usaha sebenarnya lebih mengarah ke upaya prediktif, analitik, dan kalkulatif. Semua itu bisa dipelajari dalam studi kelayakan bisnis. Isi dari studi kelayakan bisnis itu telah terangkum dalam materi kewiraswastaan yang akan dijumpai siswa pada kelas XII jurusan ilmu pengetahuan sosial (IPS).

Sebuah sanggahan dari siswa membuat saya terenyak. ”Kami kan belum tentu menjadi anak IPS, berarti kami tidak berhak diajari cara berwiraswasta bukan?” ujar siswa itu.

Sanggahan itu ada benarnya juga. Secara kodrati semua orang berhak jadi wiraswasta. Bukan hanya siswa IPS, melainkan juga siswa ilmu pengetahuan alam (IPA) dan bahasa.

Namun mengapa kurikulum justru membatasi materi yang mungkin bisa menjadi senjata pemungkas bagi siswa yang tak berkesempatan menikmati jenjang pendidikan tinggi khususnya? Pada konteks lebih luas, suatu bangsa sedikitnya membutuhkan sedikitnya 2% wiraswasta agar jadi negara maju. Saat ini, Singapura memiliki 7,2% wiraswasta, Amerika Serikat memiliki 2,14%. Adapun Indonesia baru memiliki 0,1% wiraswasta. Jauh sekali tertinggal.

Bahkan pakar pendidikan, Dr Samsudi, pernah menyatakan 80% keberhasilan siswa di dunia kerja dipengaruhi oleh soft skill (Suara Merdeka, 25/8). Nah, apakah materi yang penting itu akan terus dispesialisasikan?
Kini, sudah saatnya para pengambil kebijakan mempertimbangkan untuk memberlakukan materi kewiraswastaan bagi semua siswa. Bukan cuma bagi siswa jurusan IPS. (53)

- Rif’an Zaenal Ehwan, guru ekonomi SMA Negeri 1 Jakenan, Pati

0 komentar

Posting Komentar