.

time is waktu



absen dl ah

About Me

biar kecil tetaplah bersinar dengan indah

Kamis, 27 Mei 2010

Dag-Dig-Dug JK

Ditulis Oleh Rif’an Zaenal Ehwan
Semenjak mendampingi SBY, JK dikenal sebagai pribadi yang memiliki karakter kuat. Gaya bicara khas Makassar yang lugas dan tegas, penampilan nyentrik dengan baju keluar dan sepatu buatan lokal, serta profesionalisme kerja menjadi nilai tersendiri bagi Daeng Ucu (panggilan akrabnya di Makassar). Gaya ini sangat klop dengan SBY yang penuh pertimbangan dan santun. Salah satu contoh, ketika pemerintah harus memutuskan untuk menaikkan harga (Bahan Bakar Minyak) BBM, JK-lah yang tampil menghadapi tekanan publik untuk menjelaskan berbagai faktor pemicu kebijakan tersebut.



Pasangan SBY-JK ini oleh beberapa survei terbukti paling diminati masyarakat untuk menahkodai negeri ini kembali. Hasil survei yang dilakukan Husin dari Puskaptis UI menunjukkan bahwa 44,16 persen responden masih mengharapkan SBY-JK kembali berpasangan pada pilpres nanti.

Namun sayang, pernyataan Ahmad Mubarok dari Partai Demokrat (PD) yang mengklaim bahwa Partai Golkar (PG) hanya akan meraih 2,5 persen suara terlanjur melukai hati. Penyataan bernada melecehkan itu membuat berang sejumlah kader PG yang akhirnya memilih cerai dengan PD dan maju mengusung capresnya sendiri. Demi mempertahankan harga diri partai, sekaligus menyambut desakan 33 DPD yang memintanya maju, akhirnya JK bersedia dicalonkan.

Secara kalkulatif, jika melihat perolehan suara PG pada pemilu 2004 peluang JK lumayan besar. Akan tetapi kalau ditelisik lebih dalam, keputusan JK ini bisa menjadi blunder. Sebagai konsekuensinya, JK harus bekerja keras untuk menyelamatkan blundernya, sebelum bisa berduel dengan capres lainnya. JK masih harus melewati sederet tahapan yang cukup berat.

Pertama, JK harus memenangkan konvensi internal PG yang dikenal memiliki sejumlah nama-nama angker seperti Akbar Tandjung, Surya Paloh, Agung Laksono, Sultan Hamengku Buwono X, Aburizal Bakrie, serta Fadel Muhammad. Terlebih figur Sultan HBX, yang terlebih dahulu mendeklarasikan dirinya sebagai capres alternatif.

Kedua, JK harus mempertimbangkan isu pasangan Jawa-Luar Jawa. Sebagaimana tercermin dalam jajak pendapat yang dilakukan TvOne, isu Jawa-Luar Jawa diapresiasi responden sebanyak 47,69%. Artinya, jika ingin memperbesar peluangnya, JK harus memilih cawapres yang memiliki basis massa kuat di Pulau Jawa. Adalah sebuah pilihan yang tepat jika JK berhasil menggaet Sultan HB X sebagai pendampingnya dalam pilpres 2009. Figur Sultan HB X potensial untuk mengamankan suara internal partai, menyatukan fraksi-fraksi berbeda, dan menepis isu jawa non jawa. Salah menentukan cawapres, bisa menjadi blunder kedua bagi JK.

Ketiga, JK harus memperhatikan perolehan suara pada pemilihan legislatif pada 9 April mendatang. Jika perolehan PG menurun drastis, JK harus legawa dan membuka diri untuk kemungkinan koalisi dengan partai lain untuk mendongkrak basis dukungan.

Keempat, JK harus mewaspadai adanya kekuatan keempat. Bima Arya, seorang pengamat politik dalam sebuah tayangan di MetroTv pernah berkata bahwa pada pilpres kali ini (pasca pencalonan JK) terdapat empat kekuatan inti yakni, Blok M (Blok megawati- PDIP), Blok J (Blok Jusuf Kalla-P.Golkar), Blok S (SBY-Demokrat), dan Blok keempat/debutan. Potensi kemenangan masing-masing blok sama kuat tinggal kecerdikan masing-masing dalam menggaet cawapres. Siapa yang dapat merangkul cawapres yang tepat, dialah yang akan memenangkan pilpres kali ini.

Rif’an Zaenal Ehwan, Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Dimuat di suaramerdeka.cybernews.com

0 komentar

Posting Komentar